API CINTA SANG PENDEKAR

 


 Wiro Sableng

PENDEKAR KAPAK MAUT NAGA GENI 212

Fanfiction By : Clárá Lestâri 

Dalam Kisah : API CINTA SANG BIDADARI

( PESERTA LOMBA CERPEN WIRO SABLENG )

SATU

Puncak Gunung Gede.. 

Di sebelah barat puncak Gunung Gede tersebut di sana terdapat pondok besar. Layaknya rumah panggung, pondok itu terbuat dari anyaman bambu. Namun masih kokoh dan di lantainya tersebut di alasi dengan tikar anyaman rotan yang masih bagus, dan atapnya itu terbuat dari kayu jati. Walaupun sedikit lapuk karena di makan usia. Dan di dalam pondok bambu itu tersekat 4 ruangan berupa kamar, dan ruangan satu untuk dapur, ruangan ke 2 untuk mandi. Dindingnya juga dari bambu. Di dalam kamar itu terdapat dipan dari kayu jati. Namun beralaskan jerami kering. Dan biliknya juga terbuat dari bambu. Di serambi luar pondok bangunan tersebut, di pagari bambu-bambu kecil dan di bawah pagar bambu itu. Terdapat anak-anak tangga terbuat dari kayu. Kini terlihatlah bangunan rumah panggung yang menyerupai pondok itu terlihat masih bagus di depan dan di luar juga sangat bersih, walaupun di kanan kiri, banyak juga yang di tumbuhi akar-akar meranggas, serta pepohonan tinggi menjulang di setiap sisinya. Rumput-rumput serta ilalang tumbuh subur di sana. Tapi suasananya masih sangat asri dan indah. 




Di dalam pondok bambu tersebut duduk seorang nenek-nenek renta. Nenek itu duduk di lantai yang di alasi tikar daun rotan. Sekujur tubuhnya cuma tinggal kulit pembalut tulang, kurus kering. Wajahnya yang cekung masih terlihat sisa mudanya. Nenek itu berpakaian jubah terusan berwarna coklat lusuh, di pinggangnya tersebut di balut kain jarik berwarna hitam lusuh. Dan rambutnya yang jarang itu berwarna putih di sanggul ke atas terdapat lima buah tusuk kundai berwarna keperakan menancap di batok kepalanya yang sulah itu. Maka terlihatlah wajah nenek ini betapa angkernya. Siapakah kira-kira nenek angker tersebut. Dialah Eyang Sinto Gendeng nenek sakti yang diam di puncak Gunung Gede sekaligus dedengkot rimba persilatan Tanah Jawa, gurunya Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng. 




Sinto Gendeng kini sedang menumbuk gambir dan tembakau di lumpang alu batu, karena persediaan nginangnya sedang habis. Sambil terkekeh sendiri, dan masih menumbuk gambir serta tembakau itu. Sinto Gendeng kembali merenung dan berpikir di benaknya?. 




"Ah... Anak setan itu, kenapa sampai sekarang tak jua kembali. Apa yang telah di lakukannya di luaran sana!,. Apa ini ada sangkut pautnya dengan perjodohan tempo lalu, hhhh!.. Anak itu hingga kini belum kelihatan batang hidungnya, apa kini dia takut aku jodohkan dirinya dengan Ratu Duyung. Ahhh....!?" Kata benaknya, seusai itu Eyang Sinto Gendeng menghela nafas perlahan, kemudian dia melanjutkan lagi...... 




"Sementara yang aku lihat, gadis bermata biru itu cintanya begitu besar terhadap muridku si anak setan. Aku melihat dari sorot matanya yang biru, dia sangat mencintai Wiro!.. Dan bahkan ingin memilikinya, dan dari kabar yang aku sirap gadis itu pernah berulang kali menolong muridku anak setan. Tapi entah anak setan itu hatinya memilih siapa....!" Setelah membatin di benaknya. Kemudian si nenek langsung memasukkan tumbukkan gambir dan tembakaunya kembali yang sudah di haluskan itu. Setelah cukup lama dia merenungi murid sablengnya yang kini entah di mana rimbanya. Lalu si nenek memasukkan gambir dan tembakau yang sudah di tumbuk halus itu ke dalam wadah kecil khusus untuk nginangnya. Seusai begitu si nenek lalu mengambil daun sirih selembar di wadah tersebut. Dan mengoleskan apu atau sejenis kapur putih yang sudah di cairkan. Apu lalu di oleskan di daun sirih tersebut. Terus si nenek mengambil gambir dan tembakau yang sudah di tumbuk halus itu di dalam wadah kecil dan di taruh sedikit ke dalam daun sirih. Sesudah itu daun sirih di lipat dan di masukan ke dalam mulut si nenek dan di kunyah, sambil terus menyesap daun sirih beserta isinya itu. 




Sinto Gendeng akhirnya bangkit berdiri dari duduknya seraya membereskan tumbukan alu batu itu kembali ke tempatnya semula, serta meletakkan kembali wadah-wadah kecil khusus nginangnya tersebut kepada tempatnya lagi. Sesudah itu membersihkannya, sungguh pekerjaan yang sangat melelahkan. Andai saja muridnya Wiro Sableng itu sudah memiliki istri pasti si nenek tidak akan capai semacam ini. Bahkan Eyang Sinto Gendeng pernah beberapa kali menjodohkan-jodohkan murid sahabatnya dengan muridnya sendiri Pendekar 212 Wiro Sableng bersama gadis jelita yang bernama Anggini dan berjuluk Dewi Kerudung Biru, murid kesayangannya Dewa Tuak. Namun lambat laun perjodohan itu kandas di tengah jalan. Di karenakan Wiro ingin memilih menyendiri saja, mengembara sesuka hati. Tanpa di ganggu seorang wanita, dan Wiro tidak ingin membuat gadis tersebut kecewa dengan perjodohan itu. Wiro kemudian langsung mengangkat Anggini sebagai adiknya saja, yah menganggap sebagai adik kandungnya sendiri itu yang membuat Wiro senang dan tidak lebih. Dan sang para guru-guru pun akhirnya mengerti akan usul Wiro dan gadis itu juga?!. Jika kalian ingin lebih tahu jelasnya tentang perjodohan pertama Wiro Sableng dan Anggini kalian harap baca juga (Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng dalam judul - Maut Bernyanyi Di Pajajaran). 




Bahkan si nenek tak sampai di situ saja. Dia kembali mencari perempuan lain lagi yang bakal untuk di jodohkan kepada muridnya itu, dan bahkan sampai seterusnya, dan sang pendekar pun masih tetap kekeh pada pendiriannya dan dia tidak mau di jodoh-jodohkan lagi, dia pernah bilang pada gurunya Eyang Sinto Gendeng 'Jika sudah waktunya tiba pasti ia bakal menikah, dan akan mencari jodohnya sendiri' kata muridnya itu. Mendengar hal itu si nenek tidak pernah mengiyakan perkataan murid sablengnya itu. Karena pasti muridnya tersebut tak menikah-menikah sampai sekarang dan bakal menjadi perjaka tua. Seperti dirinya yang tidak menikah-menikah hingga sekarang menjadi perawan tua. Hal itu jangan sampai terjadi kepada murid tunggalnya si Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng. Sinto Gendeng tidak sampai kehilangan akal dia terus mencari dan mencari hingga akhirnya si nenek menemukan.




DUA




Dan gadis itu berwajah lumayan cantik, berpakaian merah, rambutnya yang hitam panjang di ikat ke atas membentuk ekor kuda, dan gadis itu bernama Lestari murid tunggalnya si Pemusnah Iblis dari Danau Jembangan. Si Pemusnah Iblis sodara angkatnya Sinto Gendeng. Gadis cantik tersebut yang bakal di jodohkan kedua antara Wiro Sableng dengan Lestari Jika kalian ingin tahu lebih jelasnya tentang perjodohan kedua Sang Pendekar 212 Wiro Sableng dan Lestari harap kalian baca (Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng dalam judul - Cinta Orang-Orang Gagah). Walaupun perjodohan mereka sudah di ikatkan oleh guru-gurunya. Tetapi pada akhirnya Lestari murid si Pemusnah Iblis tersebut memilih sahabatnya Wiro dan pemuda itu bernama Panji Kenanga. Mereka berdua saling mencintai. Pada akhirnya perjodohan kedua tersebut lagi-lagi kandas di tengah jalan. Dan Lestari lebih mencintai Panji Kenanga yang lebih tampan wajahnya di banding Wiro Sableng. Dan sang pendekar dengan lapang dada mengikhlaskan Lestari untuk Panji Kenanga walaupun sebenarnya hatinya sudah galau serta hancur kala itu?




Dan Sinto Gendeng tak sampai di situ saja, dia pun mencari lagi, lagi dan lagi gadis yang bakal di jodohkan untuk muridnya anak setan itu. Sampai pada akhirnya Sinto Gendeng menemukannya lagi. Gadis itu memiliki wajah yang cantik, berpakaian kuning, berikat kain kepala berwarna kuning, berambut hitam lebat tergerai lepas dan di pinggangnya yang ramping tersisip sebilah golok bintang. Dan gadis itu bernama Sutri Kaliangan dia putri Patih Selo Kaliangan dari Kaliurang. Gadis itu yang bakal jadi perjodohan ketiga antara sang Pendekar 212 Wiro Sableng dengan Sutri Kaliangan. Tetapi perjodohan ketiga tersebut juga lagi-lagi kandas di tengah jalan karena Wiro belum siap menikah dan masih ada urusan penting yang belum di kerjakan. Padahal itu hanya alasan saja untuk menghindari perjodohan yang di ambil oleh gurunya Eyang Sinto Gendeng si nenek angker yang diam di puncak Gunung Gede. Jika kalian ingin tahu lebih jelasnya tentang riwayat Sutri Kaliangan harap kalian baca (Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng dalam judul - Senandung Kematian).




Tetapi Sinto Gendeng tak sampai kehabisan akal dia pun mencari lagi gadis yang cocok untuk muridnya Wiro si anak setan yang sampai sekarang muridnya itu terus menolak untuk di jodohkan. Entah sudah berapa kali si nenek bau pesing itu selalu mengambil gadis-gadis cantik untuk di sandingkan dengan muridnya Wiro, tetapi Wiro terus-terusan menghindari perjodohan tersebut dengan alasan belum siap menikah ia lebih senang mengembara. 




Dan Eyang Sinto Gendeng pada akhirnya mengumpati muridnya yang tak mau kawin-mawin hingga sekarang. "Anak setan! Di beri daging enak. Malah minta jantung. Apa kau ingin menjadi perjaka tua heh!" Sungut si nenek jengkel.




"Eh lalu. Eyang Sinto sendiri kenapa sampai sekarang tak pernah kawin-kawin!" Jawab Wiro menyengir kuda.




"Heh sompret, kenapa kowe balik bertanya! Bukannya menjawab, dasar anak setan...?" Bentak Sinto Gendeng marah. Sembari pelototkan kedua mata julingnya pada murid sablengnya itu. 




"Akhh.. Eyang!, ampun.. Jika kau marah nanti kakek-kakek gagah pada menjauh dan tak mau mendekati Eyang" Gurau Wiro pada gurunya. Seraya tekapkan mulut dengan kedua tangan kekarnya, dan menahan tawa. 




"Anak setan kurang ajar. Kau berani mengatai gurumu sendiri! Lihat tongkat... " Sentak Sinto Gendeng berang sembari mengangkat tongkatnya tinggi-tinggi ke udara dan mengayunkannya ke depan muridnya. Wutt!... Wuttt!... Hingga tongkat itu hanya mengenai tempat kosong. Untung saja Wiro menghindari terjangan tongkat kayu gurunya tersebut sambil bergulingan di tanah. Dia pun lalu bangkit berdiri menatap gurunya. Yang kini masih mendelik ke arah dirinya, sambil menyisik giginya dengan susur terlihat di depan sana mulut, gigi, bibir serta tangannya si nenek berwarna kemerah-merahan ternyata Sinto Gendeng sedang nginang sepah? Dan terdengarlah di depan sana Sinto Gendeng berseru. 




"Anak setan! Rupanya kau masih menghindari terjangan tongkatku....?"




"Anu nek... Ampun!.... Jangan serang aku!"




"Heh kowe kenapa. Ko mendadak jadi pengecut... " Semprot si nenek mendelik. 




"Anu Eyang... Anu aku tak bisa menyerangmu" Jawab pula Wiro. 




"Kenapa hah....!"




"Ya... Masakan aku menyerang Eyang! Nanti aku di cap murid durhaka lagi"




"Eh itu salahmu sendiri, anak setan...?"




"Apa? Kesalahanku, memangnya aku ini salah apa padamu. Eyang...!?" Ucap Wiro menatap heran pada gurunya. 




"Kesalahanmu adalah tak pernah kawin-kawin hingga sekarang. Dan kenapa kau tak suka ku ambilkan jodoh?" Balas si nenek mengerendeng. 




"Lah Eyang sendiri juga tak pernah kawin-kawin hingga jadi tua bangka rongsokan. Ini kenapa malah memusingkan perjodohan yang tak ada juntrungannya!" Timpal Wiro sembari pencongkan mulut.




"Anak setan dengar! Aku berbuat begitu karena aku perduli padamu. Supaya kau mempunyai masa depan. Jangan pernah bandingkan diriku pada dirimu karena hidup kita tidak lah sama....!" Ucap Sinto terdengar pelan. Nada suaranya lirih sekali. 




"Eh Nek... Kau kenapa"




"Kau masih bertanya aku kenapa!"




"Lebih baik kau kemari....?" Sambungnya. Si nenek sambil menunjuk Wiro dengan tongkatnya dan serta merta akhirnya Wiro Sableng melangkah menghampiri gurunya. 




"Ada apa Eyang!" Tanya Wiro yang sudah tiba di hadapan gurunya Sinto sambil berjongkok di bawah kaki gurunya. 




Tiba-tiba entah mengapa Sinto Gendeng mengayunkan tongkat bututnya ke arah bahu Wiro. Rupanya si nenek ingin mengebuk muridnya dengan tongkat kayu miliknya. Dan sontak saja Wiro tahu langsung dia cepat menangkis tongkat tersebut dengan telapak tangannya. Dess! Dan keduanya sama-sama terjajar tiga langkah. Serta terduduk di tanah becek. 




Dengan tidak percaya Wiro Sableng melihat telapak tangan kanannya melepuh. Seperti habis tersulut api. Dan terlihat di depan sana Sinto Gendeng sudah berdiri tegak sambil menyeringai. Melihat itu perlahan Wiro bangun dan bangkit berdiri seakan tak percaya pada gurunya yang kini hendak menggebuk dirinya dengan tongkat butut. 




TIGA




Sinto Gendeng masih menyeringai dan dia pun lalu berkata pada muridnya: .... 




"Wiro kemarilah....!" 




"Aku tak mau. Eyang" Jawab Wiro. 




"Wiro cepat lah kemari, kalau dalam hitungan detik kau tak kemari-kemari juga! Maka terpaksa aku bertindak keras kepadamu" Ancam si Nenek dengan lantang. 




Terlihat di depan sana Wiro geleng-gelengkan kepala tanda tak mau menghampiri si nenek bau pesing itu. 




Sehingga membuat Sinto darahnya mendidih sampai ke ubun-ubunnya. Ia kemudian ingin mengedipkan kedua matanya dan mengeluarkan satu ilmu langka yaitu Ilmu Sepasang Sinar Inti Roh ilmu tersebut sangat jarang Sinto pergunakan waktu bertualang di rimba persilatan. Karena sangat fatal sekali bila terkena tubuh seseorang, tubuh orang tersebut langsung gosong menjadi abu jika Ilmu itu kembali di pergunakan lagi. 




Dan di depan sana Sinto Gendeng nampak mau mengedipkan kedua matanya. Langsung saja Wiro menghentikannya? 




"Eyang Sinto, tunggu! Eh kakek Dewa


 kapan kau kemari.....!"




Dan sontak saja, si nenek tolehkan kepalanya ke belakang. Di sana tak terlihat apa-apa kecuali semak belukar lebat dan rerumputan liar di belakangnya. Dan tak terlihat batang hidung tua bangka yang berjuluk Dewa Tuak itu, lalu kenapa Wiro berkata ada Dewa Tuak di belakangnya. Dia pun tak melihat tua bangka itu. Apa jangan-jangan Wiro membohonginya dengan tersentak kaget dia langsung palingkan mukanya kembali ke depan? 




Dan terlihat di depan sana, Pendekar 212 Wiro Sableng tak ada lagi di tempatnya. Lalu kemana anak setan itu pergi. Dia menghilang tanpa memberi tahu dirinya! Si nenek nampak celingak celinguk kian kemari tetapi yang di lihat hanya hamparan pepohonan yang menghijau serta di timpa semak belukar lebat dan rerumputan liar.




 Dengan tersentak dia tersadar dari lamunannya. Sembari melihat di luar beranda masih siang. Dan Sinto juga kembali teringat akan dirinya yang pada waktu itu masih semangat mencari jodoh untuk muridnya Wiro, Dia tak sampai kehilangan akal terus mencari dan mencari perempuan yang sangat mencintai muridnya itu hingga pada akhirnya si nenek menemukan perempuan terakhir yang bakal di jodohkan kembali dengan muridnya Wiro. 




Gadis cantik nan sintal serta memiliki mata biru, berpakaian hitam dan bermanik-manik putih, di keningnya menempel mahkota kerang, dan di tengah mahkotanya ada bertaburan permata. Di tubuhnya banyak di hiasi perhiasan emas. Sehingga terlihatlah betapa cantiknya gadis itu tersebut? 




Bak seperti seorang Ratu saja. Dia memang lah seorang Ratu penguasa salah satu kawasan laut selatan yang bernama Ratu Duyung. Jika kalian ingin tahu perjalanan hidup Ratu Duyung sampai prihal si gadis mencintai Wiro harap kalian baca (Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng dalam judul - Wasiat Dewa - bersama - Wasiat Sang Ratu - dan - Geger Di Pangandaran dll). 




Dan gadis cantik bermata biru, bermahkota kerang tersebut yang bakal jadi jodoh terakhir Wiro kelak kata Sinto Gendeng. 




Dan hingga sampai sekarang muridnya itu sang Pendekar 212 Wiro Sableng tidak pernah mau membahas perjodohannya kembali dengan sang Ratu Duyung. 




Pendekar 212 lebih senang menggembara daripada menikah alasannya?... 




---------------- B E R S A M B U N G -----------------






WARNING : 


Cerita ini Hanya untuk hiburan semata.


Dipersembahkan Khusus untuk seluruh pengemar serial wiro sableng pendekar kapak maut naga geni 212. Karya Bastian Tito.



0 comments:

Post a Comment